MALANG – Indonesia dengan beragam suku, adat-istiadat juga budayanya merupakan kekayaan luar biasa dan aset bagi bangsa.
Salah satu kekayaan budaya peninggalan dari leluhur kita yang harus tetap dijaga serta dilestarikan adalah berupa Keris.
Keris merupakan senjata khas tradisional yang ada di Nusantara khususnya pulau Jawa yang merupakan salah satu pulau di Nusantara yang menjadi tempat berkembangnya peradaban di Nusantara.
Demi melestarikannya, beberapa komunitas juga kolektor Keris mengadakan pameran Tosan Aji dan benda Kuno di Gedung Malang Creative Center (MCC).
Di hari terakhir pameran pengunjung sangat antusias dan kebetulan jatuh pada hari minggu tepat di hari Pahlawan 10 November 2024.
” Beberapa Keris yang kita pamerkan tidak hanya dari Jawa tetapi juga ada yang dari Pulau Sumatera,” Jelas Bambang Sri Nur anggota Komunitas Amukti Jaya Nagari.
Bambang menjelaskan bahwa beberapa koleksinya adalah dari jenis keris era Kerajaan Mataram Islam juga ada yang lebih lama lagi zaman era Majapahit.
“Yang ini adalah era zaman Diponegoro dan jenisnya untuk berperang,” sambil menunjukkan keris dengan pamor bungkem.
Pria yang dengan ramah dan telaten menjawab pertanyaan dari Hendro B.L jurnalis Radarindonesia.id tersebut memaparkan bahwa komunitasnya memang mempunyai visi misi menjaga serta melestarikan Keris sebagai warisan budaya leluhur bangsa sesuai nama Komunitasnya yakni Amukti Jaya Nagari.
” Amukti Jaya Nagari adalah sumpah atau janji untuk kejayaan negeri dengan menjaga dan melestarikan budaya bangsa,” tutur Bambang.
Selain itu juga peserta pameran ada juga yang datang dari Cirebon Jawa Barat dan membawa keris atau senjata tradisional khas Jawa Barat seperti Kujang.
“Kujang ini sebelumnya bentuknya adalah Bethok dan seiring berjalannya waktu ditempa kembali oleh Empu pembuat Keris menjadi senjata jenis Kujang, ‘ papar Hari Pati kanoman kolektor keris dari Cirebon.
Selain kolektor Keris, pameran juga dilengkapi dengan produsen Dupa dari komunitas pedagang Dupa Maheswari.
” Komunitas kami bentuknya UMKM dan bisa juga memberikan pelatihan tentang cara membuat dan membuka usaha menjual dupa dan sejenisnya,” tutur Agusto Arie Frianto dari komunitas Dupa Maheswari.
” Kami membuat inovasi baru dengan memproduksi Blawong dari bahan spon hati,” ujar Adhe Theo putra
Ketua Dewan kesenian Kecamatan Lawang.
Blawong adalah tempat atau wadah Keris kalau dipajang di dinding atau diletakkan di meja atau lemari.
Menurut Theo yang tinggal di desa Ketindan Lawang Kabupaten Malang menuturkan bahwa sebelumnya dia membuat Blawong dari bahan kayu seperti pada umumnya, namun karena seiring berjalannya jaman bahan kayu untuk Blawong semakim sulit untuk didapatkan akhirnya Theo mempunyai inovasi baru dengan membuat Blawong motif ukiran dari bahan spon hati yang biasa digunakan untuk membuat sandal.
” Blawong dari spon hati anti rayap dan awet mas,” kelakarnya sambil tertawa kecil.
Lantai 3 MCC dipenuhi oleh peserta pameran yang tidak hanya kolektor keris dan aksesoriesnya tetapi juga benda kuno lain seperti patung dan arca.(HBL/RS)